31 January 2022

Review: Harry Potter 20th Anniversary: Return to Hogwarts (2022)

“Always.”

Harry Potter adalah salah satu fenomena industri perfilman, selama satu dekade penonton dibawa ikut tumbuh bersama karakter sejak pertama kali mereka masuk dan diterima di sebuah sekolah sihir, menyaksikan mereka tidak hanya berkembang dari segi pendidikan dan pergaulan saja namun juga perjuangan dalam menghadapi rencana jahat dari You-Know-Who bersama pasukannya. Karena itu, sangat layak jika sebuah film dokumenter dibuat untuk merayakan 20 tahun film series dengan total delapan buah film yang kini tergabung di dalam The Wizarding World’ franchise itu, membawa fans dan penonton ke Hogwarts dan bernostalgia meski tidak dipungkiri pula fungsi lainnya untuk membuka pintu bagi kembalinya Fantastic Beasts films di tahun ini, The Secrets of Dumbledore. ‘Harry Potter 20th Anniversary: Return to Hogwarts’: a gift for fans.


Sepuluh tahun pasca film ‘Harry Potter and the Deathly Hallows – Part 2‘, Daniel Radcliffe, Rupert Grint dan Emma Watson bergabung dengan anggota cast lainnya di dalam sebuah perayaan 20 tahun film pertama dari series yang telah membawa nama yang dahulunya hanya anak kecil biasa menjadi dikenal oleh banyak orang dan kini memiliki banyak penggemar di berbagai belahan dunia, yakni Harry Potter and the Philosopher's Stone. Bersama mereka bergabung pula para filmmaker yang berperan penting dalam kesuksesan dunia magis Harry Potter, Sutradara Chris Columbus, Alfonso Cuarón, Mike Newell, David Yates dan Produser David Heyman.

Kilas balik masa lalu penuh nostalgia itu juga dihadiri oleh Helena Bonham Carter (Bellatrix Lestrange), Ralph Fiennes (Lord Voldemort), Gary Oldman (Sirius Black), Jason Isaacs (Lucius Malfoy), Robbie Coltrane (Hagrid), Tom Felton (Draco Malfoy), Mark Williams (Arthur Weasley), James Phelps, Oliver Phelps (twins Fred dan George Weasley), Bonnie Wright (Ginny Weasley), Mateus Lewis (Neville Longbottom), Alfred Enoch (Dean Thomas), dan Evanna Lynch (Luna Lovegood). Mereka di interview dan saling berbincang satu sama lain membahas suka serta duka di balik kebersamaan yang pernah mereka lalui bersama dahulu.

Setelah sukses mengumpulkan kembali enam anggota television sitcom Friends di dalam sebuah reuni yang santai namun penuh emosi berasal dari nostalgia terhadap sepuluh season serial televisi tersebut, HBO mencoba memberikan treatment serupa pada salah satu film series paling populer dan ikonik yang pernah lahir serta eksis di industri film, yakni Harry Potter. Perayaan 20 tahun film pertama Harry Potter and the Philosopher's Stone dipakai sebagai ide utama tapi jelas muncul pertanyaan bagaimana acara reuni tersebut akan dikemas? Friends: The Reunion menurut saya terhitung berhasil melaksanakan tugas utamanya, yakni untuk membawa penonton ikut di dalam sebuah reuni yang sederhana namun membuka kembali kenangan yang pernah disajikan oleh television sitcom tersebut.


Ternyata format serupa kembali diterapkan di sini, diarahkan oleh Casey Patterson, Joe Pearlman dan dua Sutradara lain yang bertugas menangani live action sequence, reuni spesial ini berhasil membawa saya merasa seolah kembali ke Hogwarts serta ikut menjelajahi lagi dunia magis itu. Di sini sejarah yang telah diukir oleh delapan buah film itu diekplorasi dalam bentuk sebuah kilas balik yang benar-benar mundur ke film pertama dan kemudian berjalan maju dari sana, teknik itu membuat kualitas nostalgia yang film ini terasa kuat dan memang harus diakui tidak butuh usaha yang terlalu keras untuk mencuri atensi dan hati penonton, terutama para fans perfectly designed universe tersebut. Saya seperti diajak untuk semakin mengapresiasi fungsi delapan buah film tersebut yang tidak hanya sekedar si baik melawan si jahat saja.

The Harry Potter film series nyatanya memang rumit, a beautiful creative outlook on life yang lahir dari the power of writing of J. K. Rowling, goals yang didorong sejak awal dengan membawa fans bertemu a collection of shared memories and stuff pada  perjalanan Harry, Ron, Hermione bersama karakter lainnya. Satu setengah jam lebih sedikit seperti merangkum proses dibalik terbentuknya Harry Potter film series lengkap dengan berbagai rintangan serta tentu saja kebahagiaan. Kejutan memang tidak banyak, salah satunya info bahwa Emma Watson ternyata sempat berniat untuk keluar sebelum Harry Potter and the Order of the Phoenix, selebihnya ‘Harry Potter 20th Anniversary: Return to Hogwarts’ mengambil keuntungan besar dari karakter dan lokasi dengan mengeksploitasi secara lembut daya magis yang mereka punya.


Ekploitasi yang bercampur eksplorasi dalam bentuk proses bertumbuhnya karakter dan juga cerita. Diawali dengan kisah yang dibagikan oleh Chris Columbus ketika ia harus mengatasi kelakuan para pemeran yang kala itu masih anak-anak, lincah dan terkadang susah diatur tersaji dalam bentuk cuplikan behind the scenes. First year at Hogwarts juga menampilkan cuplikan casting yang populer itu, mengingatkan lagi penonton bagaimana tiga pemeran utama perfectly suited to each others. Kita juga dibuat mengagumi kembali the attention to detail yang fenomenal setting bangunan Hogwarts, that floating candles hingga adegan pertandingan Quidditch yang seolah berkata “Welcome to Hogwarts” kepada penonton yang beberapa tahun kemudian ikut bersama karakter masuk ke fase berikutnya, yakni coming of age.

Chapter di mana bangku Sutradara berganti ke tangan Alfonso Cuarón yang sukses menyajikan perubahan tone dengan cara lembut di Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, karakter yang telah remaja dan mulai belajar akan potensi bahaya yang mungkin menghampiri mereka. Serta menjadi momen munculnya Sirius Black yang mengembangkan basis cerita menjadi semakin luas sebelum kemunculan He Who Must Not Be Named di film Harry Potter and the Goblet of Fire’, film yang menjadi titik awal grand new era di bawah arahan Mike Newell. Era baru yang memacu cerita dan juga karakter untuk dengan cepat bertumbuh di dalam the light and dark within, from being childish to being part of the big world yang menjadi semakin political, di mana mereka ditempah agar siap dalam menghadapi the final battle.


Sebuah puncak yang bahkan ketika disajikan kembali di sini dalam bentuk potongan cuplikan tetap memiliki daya magis yang kuat, bersama beberapa potongan lainnya dikombinasikan dengan kumpulan anekdot yang manis dan lucu. Ini seperti sebuah kompilasi best-of moments yang digabung dengan daya tarik terbesar yakni the class reunion, kesempatan langka untuk dapat melihat kembali para bintang berkumpul bersama. Skenario yang cantik disusun oleh Casey Patterson dan tiga kompatriotnya di sini, menampilkan the making-of tapi menggabungkannya ke dalam ekposisi yang klik bersama interview dan percakapan antar cast ketika mereka saling berbagi masa lalu penuh kenangan menarik itu, dari animatronic phoenix, adegan kunci di the Prisoner of Azkaban, tribute, hingga momen ciuman antara Ron dan Hermione.

Alhasil dari awal hingga akhir Harry Potter 20th Anniversary: Return to Hogwarts sukses membuat saya tersenyum, tertawa, dan larut dalam emosi di beberapa bagian narasi karena fokusnya memang untuk membawa penonton bernostalgia kembali dengan film series itu and delivered its own magic. Revealing but also affectionate, Casey Patterson dan tiga kompatriotnya juga terampil dalam menata tiap pergeseran tema dan tone, dari yang santai hingga tiba di puncak yang sedikit lebih kelam, ada ekposisi yang rapi dan halus di sana sehingga mempermudah akses bagi penonton untuk tetap terikat dengan rasa kagum mereka terhadap para aktor yang berkumpul kembali, and also the precious moments di sepuluh tahun terlibat dalam the Harry Potter film series.

Overall, ‘Harry Potter 20th Anniversary: Return to Hogwarts adalah film yang memuaskan. Sebuah reuni spesial yang benar-benar spesial tentunya, sejarah yang telah diukir itu diekplorasi kembali dalam bentuk kompilasi best-of moments yang digabung dengan daya tarik terbesar yakni the class reunion, bersama kumpulan anekdot yang manis dan lucu dan mengambil keuntungan besar dari karakter dan lokasi dengan mengeksploitasi secara lembut daya magis yang mereka punya. Fokusnya memang untuk membawa penonton bernostalgia kembali dengan film series itu and delivered its own special magic, dan dengan eksposisi yang rapi dalam pergeseran tema serta tone reuni spesial ini berhasil membawa saya merasa seolah kembali ke Hogwarts serta ikut menjelajahi lagi dunia magis itu. 






1 comment :

  1. "The legacy of the movies is, I suspect, that my children's generation will show them to their children. So you could be watching it in 50 years' time, easy."

    ReplyDelete