22 August 2021

Movie Review: In the Same Breath (2021)

“When the government is telling us where to look, they're also telling us where not to look.”

Jika membahas pandemi COVID-19 maka salah satu pertanyaan yang akan muncul, mungkin kini telah menjadi penyesalan dari banyak orang, adalah mengapa sikap pemerintah begitu lambat dan tidak terkesan tegas? Di sini saya berbicara tentang apa yang disajikan oleh film ini, sorotan terhadap sikap pemerintahan China serta Amerika Serikat yang sebenarnya serupa tapi tak sama dengan sikap yang dahulu pernah dipilih oleh Menteri Kesehatan Indonesia, dan tentu saja Pemerintah baik itu pusat maupun daerah. Maka jangan heran jika kemudian masyarakat sempat merasa pandemi ini merupakan sebuah konspirasi, political agenda, or a plandemic. And what convinced them that the virus wasn't a threat? ‘In the Same Breath’ : well, we were punished for sounding the alarm too late.


Sutradara Nanfu Wang telah tinggal di Amerika Serikat selama sembilan tahun, ia juga telah menikah dengan pria berkebangsaan Amerika Serikat dan dikaruniai satu orang anak. Nanfu Wang sendiri merupakan warga negara Republik Rakyat Cina, dan di bulan Januari setiap tahun sudah menjadi rutinitas baginya dan keluarga kecilnya terbang pulang ke China untuk merayakan the Chinese New Year bersama keluarga Wang. Pada tanggal 23 Januari Nanfu Wang harus kembali ke USA karena ada urusan pekerjaan, meninggalkan suami dan anak laki-lakinya yang baru berusia dua tahun.

Celakanya baru saja mendarat di USA muncul berita, pemerintah China memutuskan untuk menutup penuh (lockdown) kota Wuhan yang sebelumnya telah disinyalir menjadi tempat muncul dan berkembangnya virus baru yang diakibatkan oleh SARS-CoV-2, bernama Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Sebelas juta penduduk Wuhan harus terkunci dari dunia luar dan berbagai tempat di dunia telah bersiap untuk mengambil langkah serupa. Wang mencari penduduk Wuhan yang bersedia dibayar menjadi kameramen bagi project dokumentasi yang ia garap.

Namun setiap kali interview mulai masuk ke dalam pembahasan yang lebih “sensitif” permintaan narasumber kepada camerapeople untuk mematikan kamera yang saat itu sedang merekam interview mereka menjadi sesuatu yang tidak dapat dielakkan. Sesuatu yang ganjil sebenarnya sudah ditampilkan sejak awal oleh Nanfu Wang saat sebuah berita terbit di awal tahun baru di mana pihak kepolisian kota Wuhan disebut telah menangkap delapan orang yang diduga menyebarkan rumor tentang penyakit pneumonia yang berbahaya. Penyakit itu sendiri merupakan cikal bakal Covid-19 yang hingga kini telah menelan banyak korban jiwa. Lantas mengapa delapan orang itu ditangkap jika niatnya ingin memberitahu potensi tibanya sebuah bencana?


Teori konspirasi seperti ini selalu menjadi materi yang menarik untuk diulik, meski spotlight jelas diarahkan oleh Nanfu Wang kepada dua pemerintahan negara besar dunia, China dan USA, namun hal tersebut juga terjadi di negara kita ini, Indonesia. Contohnya seperti kalimat “nanti juga sembuh sendiri” yang populer dan mewakili penggambaran sikap pemerintahan kita yang, well, kurang tegas dalam mengambil sikap. Masalahnya di ‘In the Same Breath’ ada dua sisi yang coba didorong Nanfu Wang. Yang pertama bagaimana pemerintah China “membungkam suara” rakyatnya sedang di USA, mereka “buta” dan menolak fakta. “This is like a flu”, begitu kata Trump.

Menurut info yang Nanfu Wang dapat ratusan jurnalis diutus oleh pemerintah China untuk meliput situasi di kota Wuhan kala itu, tapi para media crews tersebut bekerja “penuh” untuk pemerintah. Lebih tepatnya bagi propaganda department, membuat gerak tim dari Nanfu Wang jelas semakin terbatas karena tiap permintaan interview terlebih dahulu harus disetujui oleh pemerintah. Tim Nanfu Wang kesulitan untuk menggali informasi dari para Dokter dan Perawat, sedang di TV positive word terus berkumandang sebagai bagian dari strategi propaganda department for covering the outbreak. Saya sebagai penonton benar-benar dibakar emosinya oleh Nanfu Wang, pemerintah China berhati-hati agar mencegah kepanikan atau menjaga image?


Ketika isu tersebut telah terbentuk dan terus berjalan, di sisi lain Nanfu Wang coba untuk menghadirkan add-on untuk membuat isu utama tersebut semakin panas saja dan menarik. Dokter di Wuhan takut bersuara karena bisa dihukum seperti delapan orang tadi, filming jadi sensitif dan posting di social media disensor oleh pemerintah tapi di sisi lain people were dying on the streets. Di sebuah forum banyak penduduk mengatakan mereka positif Covid-19 tapi tidak bisa dirawat karena hospital penuh, bahkan awalnya hospital menolak untuk merawat pasien tanpa memberikan alasan yang jelas. The grief and powerlessness mulai melonjak, without freedom of speech, many people have perished, tens of thousands of them, demikian pula USA.

Saya suka cara Nanfu Wang membangun cerita terutama saat ia memindahkan fokus dari China menuju USA. Sama seperti China, pemerintah USA juga memberi instruksi kepada hospital staff untuk merahasiakan informasi tentang Covid-19, yang berbeda adalah rakyat USA dapat bersuara, namun mereka buta dengan fakta yang ada. USA government terus menginformasikan bahwa Covid-19 tidak dapat menyebar, tapi mengapa harus dirahasiakan? Dan mengapa the CDC standards terus berubah secara berkala setiap hari? Dan yang terjadi pada rakyat USA dapat kamu lihat di sekitarmu, beberapa pihak yang kemudian menilai bahwa Covid-19 tidak berbahaya melainkan sebuah alat konspirasi politik!


Seperti yang ditunjukkan oleh pemerintah China, ketika bencana menjadi alat bagi propaganda yang berupaya “menginspirasi” penduduknya. Total hingga review ini ditulis kasus Covid-19 telah berjumlah sebanyak 212.172.598 kasus di seluruh dunia dengan yang paling impresif di antara semua negara menurut saya adalah Taiwan, dengan jumlah penduduk 23.568.378 jumlah kasus positif hanya 15.916 orang. Lho, bukannya China juga terhitung sangat sedikit juga? Total kasus positif Covid-19 di China berada di angka 94.631 orang, tentu saja sangat jauh lebih impresif mengingat jumlah penduduk mereka adalah 1,4 milyar jiwa. Tapi silahkan tonton film ini dan kamu akan dibuat terkejut sembari semakin mengernyitkan dahi pada angka tadi.

Overall, ‘In the Same Breath’ adalah film yang memuaskan. Terlepas dari strategi politik yang masing-masing diterapkan oleh pemerintah China dan USA, dan tentu negara-negara lainnya, apa yang disajikan dengan berani dan rapi oleh Nanfu Wang di sini jelas merupakan refleksi dari broken system yang sangat berbahaya, dan kini kita semua dihukum akibat alarm yang “terlambat” dibunyikan itu. Kini dunia mulai mencoba untuk kembali menjadi normal, tapi situasi yang dianggap normal tersebut yang sebelumnya telah menciptakan krisis besar yang hidup berdampingan dengan kita hingga kini. There will be an ending to the pandemic, but I worry that something even more frightening is just beginning. Just prepare yourself.






1 comment :

  1. “If this stories are censored, more people will die.”

    ReplyDelete