07 June 2021

Movie Review: Sweet & Sour (2021)

“Thank you, Hyuk-i oppa.”

Apakah selingkuh itu memang indah? Selingkuh sendiri merupakan cara yang kerap dilakukan seseorang ketika mulai merasa ada yang “kurang” di hubungan percintaan yang sedang ia jalani dengan pasangannya. Selingkuh jelas melanggar komitmen tapi apakah itu merupakan sesuatu yang salah jika dilakukan ketika masih berada dalam proses menemukan pasangan yang kamu anggap tepat dan merupakan cinta sejati? Jangan bertahan jika pasangan tidak layak diperjuangkan, tapi jangan pergi jika dia layak untuk diperjuangkan. Hadir dalam bentuk upaya menyelaraskan life and love film ini bercerita tentang cinta dengan cara yang unik. ‘Sweet & Sour’ : don’t fight the feeling.


Lee Jang-hyuk (Lee Woo-je) harus dirawat di Rumah Sakit karena mengidap penyakit hepatitis. Hal tersebut membuat Jang-hyuk tidak hanya dijauhi oleh pasien lain tapi juga oleh Ayah dan Ibu-nya sendiri. Tapi tidak bagi Jung Da-eun (Chae Soo-bin) yang dengan sepenuh hati justru merawat dan menyemangati Jang-hyuk. Perhatian dari seorang perawat yang berwajah rupawan itu membuat hati Jang-hyuk bergetar, pria yang tidak percaya diri dengan fisik yang ia miliki itu mencoba mendekati Da-eun dengan cara memberi perhatian. Ada niat, ada jalan, dan Jang-hyuk lantas berjanji untuk “memperbaiki diri” dengan menurunkan berat badan.

Jang-hyuk (Jang Ki-yong) adalah pria berpenampilan lebih “rupawan” dan privilege yang Jang-hyuk punya tidak hanya itu karena ia dinilai punya kemampuan untuk mengembangkan karir-nya. Jang-hyuk lantas dikirim ke sebuah perusahaan besar di Incheon dengan status kandidat atau internship dan di sana dia bertemu kandidat bernama Han Bo-yeong (Krystal Jung), wanita kompetitif dengan pesona yang kuat. Terpisah jarak dengan Da-eun yang menetap di Seoul dan kondisi yang memaksanya kini lebih banyak menghabiskan waktu bersama Bo-yeong menempatkan hati Jang-hyuk pada dilema.

Sepuluh menit pertama film ini akan membawamu bertemu dengan beberapa hal ganjil yang terjadi di dalam sebuah rumah sakit, interaksi antara seorang pasien dengan perawat yang berkembang dengan cepat menjadi sebuah romansa manis. Di bagian ini Sutradara Lee Gye-byeok bersama dengan tim editing mengemas dengan rapi tempo cerita, dari awalnya perlahan lalu kemudian bergerak sedikit lebih cepat ketika pondasi romance telah berhasil diletakkan. Dalam waktu sepuluh menit saya telah berhasil dibuat jatuh hati pada dua karakter utama tersebut, seperti ada getar asmara yang manis dan lucu di antara mereka yang tampak sangat potensial.


Dan itu berlanjut ketika kejutan pertama muncul, meski terdapat perubahan yang signifikan pada salah satu karakter namun tone dan atmosfir pada cerita yang sejak awal bermain dengan a lot of cutesy tetap eksis. Script tidak mencoba membawa masuk perubahan dengan cepat, ada ruang bagi penonton untuk dapat beradaptasi dengan kondisi “baru” di antara dua karakter utama. Pondasi yang telah kokoh sejak awal itu juga tidak terasa goyah sama sekali, seolah tidak terjadi perubahan di antara karakter yang kini mulai menemukan pijakan dalam hidup mereka. Penonton seperti ditempatkan sebagai supporter di sini, mendukung mereka untuk hidup bahagia.

Itu mengapa ketika hubungan romansa karakter dihadapkan pada sebuah dilemma satu karakter baru langsung meroket dan mencuri atensi. Kisah yang diadaptasi dari novel “Initiation Love” karya Kurumi Inui ini berkembang jadi lebih rumit, bagaimana tuntutan hidup menempatkan manusia untuk bekerja keras serta “mengorbankan” hal yang sebenarnya dapat membuat mereka merasa lebih bahagia. Ketidakstabilan perlahan diubah tapi ada bagian lain dari hidup mereka yang justru bergerak ke arah sebaliknya. Ini adalah problematika yang tidak hanya terjadi di Korea sana, betapa sulitnya untuk menyelaraskan cinta dengan ambisi mengejar harta dan juga tahta.


Tidak heran jika cerita terasa engaging karena “ujian” yang dihadapi oleh karakter punya benang merah antar konflik yang terjalin baik. Mudah untuk menyalahkan Jang-hyuk tapi jika hidup adalah proses menemukan yang terbaik dari yang terbaik maka action yang dilakukan Jang-hyuk dapat dipahami. Long distance relationship menuntut pengorbanan dengan resiko lebih tinggi sedangkan tiap manusia memiliki “fatigue limit” yang berbeda. Cukup banyak ruang disediakan oleh Lee Gye-byeok dan Sung Da-som untuk mengulik hal-hal tersebut, bagaimana life and love harus berjalan berdampingan dengan disertai rasa manis dan asam yang juga seimbang.

Itu fakta jika kita berbicara tentang kehidupan di dunia nyata, ada pain dalam proses paint of love, sekecil apapun kuantitasnya. Fokus Lee Gye-byeok sedari awal adalah mencoba membawa penonton “menerima” fakta tersebut tanpa disertai justifikasi, menempatkan karakter sebagai wakil dari manusia di kehidupan nyata. Tekanan di tempat kerja menjadi konflik pendamping dan jalan bagi terbentuknya koneksi, dari sana karakter lantas dituntut untuk menemukan solusi terbaik. Dan bukankah what doesn't kill you makes you stronger? Begitupula dengan cinta, penggambarannya di sini hadir lewat sebuah twist yang mengejutkan itu dan akan membuatmu merasa kagum dengan teknik narasi yang dibentuk Lee Gye-byeok.


Twist itu sendiri bagi saya terasa manis, tidak mencoba mengeksploitasi masalah yang sudah terbentuk sejak awal secara berlebihan tapi justru berperan sebagai last pieces dari puzzle kisah cinta ini. Semakin menguatkan malah terhadap makna dari “perjuangan” di dalam sebuah kisah cinta, memiliki pesona yang charming layaknya para karakter yang sejak awal sudah mencuri perhatian. Jang Ki-yong membangun chemistry yang manis dengan Krystal Jung dan Chae Soo-bin di mana nama terakhir juga berhasil membangun banyak momen manis bersama Lee Woo-je di bagian awal, bagian yang juga berperan sangat penting dalam kesuksesan film ini. Supporting role juga punya beberapa kinerja akting yang memorable.

Overall, ‘Sweet & Sour (Saekom-Dalkom)’ adalah film yang memuaskan. Menyaksikan karakter masuk ke dalam situasi rumit di dalam hubungan asmara mereka untuk kemudian belajar “mengapresiasi” makna yang dimiliki oleh cinta, semacam proses penyempurnaan bagi karakter untuk belajar dan “memperbaiki diri”. Pengorbanan, ujian, fatigue limit, karena upaya menyelaraskan life and love akan selalu ditemani dengan learning and acceptance, dan Lee Gye-byeok sajikan hal itu dalam bentuk sebuah romantic comedy yang manis. Such a cute uplifting rom-com.








1 comment :