Review: When Animals Dream (2015)


Horor dari Scandinavia punya cara seperti ini untuk menghibur penontonnya: ia akan mempermainkan kamu dengan mood dari cerita baik itu menggunakan visual didalamnya untuk kemudian menemani masalah yang standard namun disisi lain ia memiliki fokus yang kuat terhadap karakter utamanya sebagai jangkar. Style tersebut digunakan oleh When Animals Dream untuk menampilkan kisah werewolf ini, menangkap penonton dengan setting dingin, mengurung mereka bersama misteri yang menarik, lalu perlahan memasukkan ketegangan yang oke untuk melengkapi.

Movie Review: Ted 2 (2015)


"There are no chicks with dicks, Johnny, only guys with tits."

Jika memakai pengandaian, Ted itu seperti ketika anda bersama sahabat yang konyol dan sedikit gila mengendarai kereta di atas rel yang letak atau posisinya sering kali berada di tempat-tempat berbahaya, seperti di tepi jurang misalnya, terus bergerak dengan cepat naik dan turun. Bagaimana dengan Ted 2? Masih bersama sahabat yang konyol dan gila tadi namun kali ini posisi rel berada di topografi yang begitu “tenang” dan jauh dari kesan berbahaya, seperti di dalam kota misalnya, masih bergerak cepat tapi tidak naik dan turun. Ted 2: just a "super" modest effort.

Review: The End Of The Tour (2015)


Mayoritas dari kamu mungkin tahu dengan akronim YOLO (you only live once) yang punya makna kamu harus menikmati semaksimal mungkin kehidupan yang kamu jalani sekarang, tapi cara memahami konsep tadi sebenarnya cukup beragam. Mereka yang hidup dengan pola easygoing akan mudah menerapkan hal tadi dengan hidup jauh dari stress misalnya, tapi disisi lain ada juga mereka yang justru menjadi terbeban dan seringkali pikiran milik mereka tidak hidup di present time, overthinking dan akhirnya lelah dengan kehidupan. Itu isi dari The End of Tour, petualangan unik tentang manusia yang sederhana tapi powerful, dan seksi.

Review: We Are Your Friends (2015)


"The world is yours."

Cobaan atau masalah, kemudian tantangan, mereka sudah jadi bagian penting bahkan wajib kehadirannya didalam kehidupan setiap manusia, karena fungsi mereka tidak selalu buruk. Dengan menghadapi cobaan kamu bisa jadi sosok yang lebih kuat bahkan lebih dewasa dalam menghadapi kehidupan, dan untuk mewujudkan itu ada satu kunci yang sangat penting: jangan menyerah. Klise memang dan itu ditampilkan dengan cara yang juga klise oleh film ini, We Are Your Friends, yang disini ia campur bersama kisah tentang musik dari salah satu genre yang sedang populer beberapa tahun belakangan ini: EDM, baby!

Review: American Ultra (2015)


"He killed two operatives with a spoon, sir."

Apakah kamu mengakui eksistensi sebuah perasaan yang disebut guilty pleasure? Contohnya ketika selesai menyaksikan sebuah film kamu akan menilai ia sebagai hiburan yang tidak istimewa, konyol, bahkan bodoh, tapi disisi lain kamu juga puas dengan sensasi atau hasil yang diberikan oleh film tersebut. Seperti itulah American Ultra ini, petualangan liar yang konyol, bodoh, tidak istimewa, namun anehnya mampu menghibur dan tidak menyebalkan. An enjoyable mess.

Review: The Transporter Refueled (2015)


Tentu saja kita akan bertanya ketika muncul kabar bahwa sebuah film akan di lakukan remake atau di reboot, karena dua hal tadi bukan sebuah pekerjaan yang mudah, apalagi jika film aslinya sudah punya pesona yang kuat, dan pertanyaan tadi pasti juga di terima oleh The Transporter Refueled. Sebenarnya menghidupkan kembali The Transporter bukan sebuah ide yang buruk, tapi pertanyaan lain yang mungkin akan membuat kamu menaruh rasa ragu adalah bukan pada apa lagi yang akan atau hendak Luc Besson tampilkan disini namun bagaimana film ini kembali dari tidurnya tanpa salah satu kekuatan utamanya: Jason Statham. Well done Audi!

Review: No Escape [2015]


"Dad, are people trying to kill us?"

Hal berikut ini memang tidak dapat di generalisasi sehingga tidak mencerminkan secara keseluruhan sudut pandang negara mereka, tapi dari informasi beberapa sahabat saya yang pernah tinggal disana mereka mengatakan bahwa banyak penduduk Amerika Serikat yang menilai bahwa mereka merupakan bangsa terkuat di dunia secara mutlak, dan tidak ada yang bisa mengalahkan mereka. Eropa mereka nilai sebagai pemain kedua, dan Asia yang notabene sekarang mulai merajai beberapa industri justru masih sering dianggap sebagai dunia ketiga. Sesuatu yang terasa kontroversial itu merupakan isi dari No Escape, sebuah action thriller dimana “American awesome, Asian awful.” Menariknya ini cukup lucu.

Review: Queen of Earth (2015)


"You are weak and greedy and selfish. And you are the root of every problem. You are why people betray one another. You are why there is nowhere safe or happy anymore. You are why depression exists."

Sebenarnya disamping rasa kasihan, lucu, hingga takut ketika menyaksikan orang gila berkeliaran di jalanan kita seharusnya juga punya rasa "waspada" ketika melihat mereka. Mereka adalah contoh dari orang-orang yang gagal dalam pertempuran dengan jiwa mereka, menghadapi serangan dari banyak arah seperti relationship hingga pekerjaan misalnya sehingga menghasilkan tekanan yang tidak bisa mereka kendalikan dan berujung pada rasa depresi yang melewati batas aman. Depresi adalah misteri batin yang mengerikan, dan Queen of Earth coba menggambarkan itu dalam sebuah pertunjukkan yang chilling dan mesmerizing. Ini film horor tentang depresi.

Review: Turbo Kid (2015)


Jika harus memilih film terkini untuk dijadikan contoh sederhana bagaimana Turbo Kid menghibur penontonnya maka saya akan pilih Mad Max: Fury Road yang dikombinasikan dengan Why Don't You Play in Hell? Ini adalah film menyenangkan yang membuat penontonnya senang dengan mengajak mereka bersenang-senang menyaksikan cerita dan karakter bersenang-senang. Turbo Kid adalah petualangan 90 menit yang menyenangkan, dan itu sebenarnya sudah sangat cukup untuk menggambarkan film ini, menghadirkan kembali sensasi yang dahulu mungkin selalu kamu dan saya rasakan ketika menyaksikan kartun di minggu pagi.

Review: Catch Me Daddy (2014)


Ketika kamu melanggar lampu merah atau berkendara tanpa menggunakan atribut pengaman maka sudah menjadi tugas polisi bahkan hakim untuk memberikan kamu hukuman yang setimpal, tapi apakah semua hal di dunia ini harus berada dibawah teori satu ditambah satu sama dengan dua? Bagaimana dengan isu sensitif seperti jalan hidup misalnya, dan contoh sederhananya ingin digambarkan oleh Catch Me Daddy yang kemudian meninggalkan penontonnya dengan pertanyaan lain dalam cakupan yang lebih luas lagi. Mana yang akan kamu pilih, anak kamu patuh padamu tapi ia tidak bahagia, atau melihat anak kamu bahagia setelah melanggar aturan milikmu yang faktanya bukan merupakan sesuatu yang berbahaya?

Review: The Falling (2014)


Setiap orang punya hal favorit yang mereka inginkan dari sebuah film yang hendak mereka saksikan, dari komedi yang lucu, romance yang membuat kamu tidak berhenti tersenyum, hingga horror yang membuatmu berulang kali memejamkan mata. Bagaimana dengan terjebak atau tersesat di dalam sebuah film? Memang terdengar aneh namun film-film tipe seperti itu meskipun tidak membuat penontonnya menilai mereka sebagai sesuatu yang istimewa namun sering kali justru mudah untuk muncul ketika kamu menyusun daftar film-film paling memorable, ia mampu mencengkeram kamu dan menanamkan kisah ia miliki di dalam memori kamu. The Falling seperti itu, disturbing and memorable mess.

Review: Z for Zachariah (2015)


Karena kiamat belum terjadi maka apa yang terjadi pada hari tersebut selalu menarik, selalu saja ada fantasi menarik yang bisa diciptakan dengan memakai beberapa pertanyaan simple seperti: apa yang kamu lakukan ketika kiamat tiba, bersama siapa kamu ketika kiamat tiba, sampai pakaian apa yang kamu kenakan ketika kiamat tiba? Tapi ada satu hal yang menurut saya paling menarik, dan ini yang coba Z for Zachariah gambarkan. Seandainya kiamat telah terjadi, semua manusia telah musnah namun bumi tidak hancur, dan ternyata  kamu menjadi satu dari beberapa manusia yang selamat, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?

Movie Review: The Piper (2015)


Pernahkah anda menemukan orang tua atau sosok yang menjalani masa muda mereka pada 20-30 tahun yang lalu merasa jengkel dengan kelakuan anak muda sekarang ini? Sering? Tidak heran karena meskipun memberikan dampak positif yang begitu besar modernisasi di berbagai sektor juga tidak luput dari dampak negatif, hal-hal yang dahulunya tabu dan sangat penting kini di nilai sebagai sesuatu yang ringan dan jika dilanggar masih tampak normal. Apa salah satu hal penting yang sekarang ini tampak begitu sepele? Janji, sebuah komitmen yang kini tidak lagi tampak begitu penting dan berarti. Film ini mencoba menggambarkan hal tersebut, The Piper: simple fairytale with sweet impact.