Movie Review: The Admiral: Roaring Currents (2014)


"If a man desire to life, he will surely die, but if he fights to the death, then he will surely live"

Bisa dikatakan ini merupakan salah satu film di tahun 2014 dengan hype yang sangat besar menjelang rilis. Wajar memang jika menilik dua pemeran utama miliknya yang sangat menjanjikan itu, terlebih dengan dibantu cerita yang diambil dari salah kisah penting bagi eksistensi bangsa Korea, faktor di balik keberhasilannya meraih posisi tertinggi sebagai the most-watched film of all time di Korea mengalahkan The Host, serta the biggest grossing movie in Korea dengan mengalahkan Avatar. The Admiral: Roaring Currents (Myeongryang), very important movie for Korean.

Movie Review: Lucy (2014)


"Ignorance brings chaos, not knowledge."

Film yang mencoba tampil variatif atau berwarna dalam menghibur dan juga bercerita tentu saja merupakan sebuah film yang menyenangkan, namun hal tersebut juga didampingi oleh sebuah syarat yang penting, konsistensi dan fokus mumpuni yang tidak setengah hati. Film ini mengalami hal tersebut, film terbaru dari salah satu ahli dalam menulis film action, Luc Besson. Lucy, sci-fi potensial yang jatuh perlahan.

Review: Sin City: A Dame to Kill For (2014)


“Never let the monster out. Not for one second.”

Sin City itu adalah dunia neo-noir hitam yang juga digambarkan dalam rupa hitam-putih pada visual, dipenuhi kejahatan dan kekerasan, kombinasi antara live action dan animasi yang eksploitatif, dunia yang mengajak mata dan pikiran penontonnya bersenang-senang dalam petualangan nakal dan liar. Sembilan tahun telah berlalu dari film pertamanya, rasa itu masih dimiliki oleh Sin City: A Dame to Kill For, yummy hyper bang-bang-bang anthology. 

Review: The Giver (2014)


"When people have the power to choose, they choose wrong."

Berbicara potensi film ini punya peluang yang cukup besar untuk menjadi sensasi baru di kelompok young-adult pada dunia perfilman, selain karena materinya yang dianggap sebagai nenek moyang The Hunger Games, Divergent, dan lain-lain itu telah menjadi reading lists di middle school USA, Kanada, hingga Australia, tapi juga sedang booming-nya kesuksesan dari film dengan tema young-adult juga jelas layak untuk di coba. Namun meskipun punya Jeff Bridges, Meryl Streep, Katie Holmes, hingga Taylor Swift, The Giver hanya terasa seperti sebuah usaha setengah hati.    

Review: Lucy (2014)


"There are more connections in the human body than there are stars in the galaxy."

Semoga saja kamu belum bosan melihat wajah Scarlett Johansson tahun ini, karena setelah memberikan suaranya di film dengan sentuhan sci-fi dan fantasy berjudul Her wanita seksi satu ini telah tampil di tiga buah film lainnya, dua diantaranya juga berada di genre tadi dimana ia sukses memberikan penampilan yang mencuri perhatian. Nah, film ini memetik keuntungan dari kemampuan ScarJo kembali melakukan hal tadi, Lucy, pelengkap trilogy science fiction dan fantasy pribadi Scarlett Johansson tahun ini. 

Review: Boyhood (2014)


"Life doesn't give you bumpers."

Saya selalu kagum jika menyaksikan video timelapse di youtube dimana seseorang menampilkan foto dari perkembangan wajahnya atau keluarganya dalam rentang waktu bulan, tahun, dari sejak ia kecil dan masih berada dibawah asuhan orang tuanya, hingga ketika ia telah wisuda dan mengenal arti cinta. Konsep timelapse itu dipakai Richard Linklater untuk bercerita, sebuah film yang dibuat secara berkala dalam rentang waktu 12 tahun, sebuah perjalanan hidup yang, menakjubkan. Before midnight, before sunset, and before sunrise, there’s Boyhood. 

Movie Review: Detective Conan: Dimensional Sniper (2014)


Ia mungkin masih kalah populer jika harus dibandingkan dengan Doraemon di negeri asalnya Jepang, namun detektif yang selalu berupaya memecahkan masalah disekitarnya yang kebanyakan berasal dari detektif konyol bernama Kogoro Mouri dengan prosedur tipikal Sherlock Holmes ini punya fanbase kuat yang selalu terpesona dengan kerumitan yang ia berikan, dan kemudian tersenyum sederhana ketika semua masalah itu terpecahkan. Film ini berhasil memberikan hal tersebut dalam kuantitas dan kualitas yang pas, Detective Conan: Dimensional Sniper.

Movie Review: Guardians of the Galaxy (2014)


"We're the fricking Guardians of the Galaxy!"

Jika harus memilih studio di industri perfilman yang memiliki rasa percaya diri sangat tinggi sekarang ini, merupakan sebuah kesalahan besar jika tidak memasukkan Marvel Studios di dalamnya, sejak 2008 berhasil menjadikan Iron Man, Thor, dan Captain America begitu digilai oleh penonton tanpa harus kehilangan misi lain pada sisi finansial. Yap, dibawah komando Kevin Feige mereka kini telah menjadi  one to beat di sektor hiburan superhero yang mulai menjamur itu, dan film terbarunya ini kembali membuktikan serta memperkuat status tersebut. From the studio that brought you The Avengers, behold and please welcome, Guardians of the Galaxy, a Groot summer flick.

Review: Magic in the Moonlight (2014)


"I believe that the dull reality of life is all there is but you are proof that there's more, more mystery, more magic."

Tahukah kamu kalau dalam 49 tahun karirnya di dunia film sebagai sutradara dan penulis hanya lima tahun Woody Allen absen, tahun 1967, 68, 70, 74, 81, dan sejak tahun 1981 itu pula ia punya satu film setiap tahunnya, dengan cerita yang ia tulis sendiri. Mudah sekali memberikan "wow", tiga dekade tanpa putus, tapi tidak sama halnya jika dinilai dari segi kualitas yang sejak era millennium selalu muncul "not good" or "just okay" sebagai jembatan diantara film-film "good" dan “memorable” milik Woody Allen dengan magic yang minim. Ups, bukankah "good" terakhir itu tahun lalu? Magic in the Moonlight?
 

Review: A Most Wanted Man (2014)


"To make the world a safer place. Isn't that enough?"

Salah satu pengalaman menonton yang paling menyenangkan adalah ketika kamu di ajak bermain tarik dan ulur oleh cerita, mondar-mandir bersama pertanyaan yang hadir dalam petualangan dingin didalam labirin penuh ketenangan yang anehnya sesekali mampu memancarkan suhu panas di dalamnya. A Most Wanted Man punya itu dalam kuantitas dan kualitas yang memikat, it takes a minnow to catch a barracuda, and a barracuda to catch a shark. Manis!!

Movie Review: The Expendables 3 (2014)


"Morons need friends."

Sikap optimis tentu merupakan sesuatu yang wajib di miliki oleh setiap orang, rasa percaya diri serta ambisi untuk terus menjadi lebih besar dan lebih baik, tapi ada pula sikap yang kita sebut realistis, sikap yang mampu mengingatkan kita mana limit yang harus di pecahkan dan mana limit yang harus di jaga sebagai upaya untuk tidak melahirkan hal buruk dan negatif. Edisi ketiga parade otot ini tetap berusaha memecahkan batasan yang ada dihadapan mereka, The Expendables 3, that dream team becomes too far, too crowded, too foolish.   

Movie Review: Teenage Mutant Ninja Turtles (2014)


“Remember, nothing is as strong as family.”

Hadirnya reboot dari film-film dengan elemen ikonik seperti ini merupakan sesuatu yang harus disambut dengan tangan terbuka, tentu saja terlepas dari misi yang ia bawa, bisa menjadi sebuah update yang baik, sebuah pesta bagi para fans, pengeruk keuntungan semata, atau justru hanya topeng dari terbatasnya ide segar yang dimiliki insan perfilman. Celakanya film ini tidak mampu mengkombinasikan hal-hal tersebut dengan cermat, Teenage Mutant Ninja Turtles, a soulless and charmless entertainment from ninjutsu warriors. Cowabummer!    

Review: Hercules (2014)


"I am Hercules!"

What? Another Hercules? Iya, benar, 2014 sudah punya The Legend of Hercules yang rilis diawal tahun lalu, dan kali ini giliran Hercules lainnya untuk beraksi. Tapi tunggu dulu, buang hal negatif yang ada dipikiran kamu, karena meskipun tidak punya buzz yang cukup besar menjelang rilisnya di akhir juli yang lalu Hercules yang satu ini punya apa yang penonton harapkan dari sebuah popcorn movies. 

Review: Sex Tape (2014)


"They did everything but delete it."

Kalau ada pertarungan judul film paling bankable di tahun 2014, film ini pasti berada barisan terdepan. Ya, you know what I mean, seks selalu menjadi jualan yang menjanjikan bagi insan perfilman untuk menarik jumlah penonton dan meraih keuntungan yang besar. Sex Tape punya itu, terlebih dengan hadirnya kombinasi Jason Segel bersama Nicholas Stoller di cerita, serta nama Cameron Diaz sebagai duet utamanya. Bagaimana dengan hasilnya? Blah. 

Movie Review: Planes: Fire & Rescue (2014)


"There's a time in your life when the world is on your side."

Banyak cara dalam mengambil keputusan apakah sebuah film layak untuk ditonton atau tidak, dari history berbagai elemen pembentuk film itu, atau hanya berdasarkan feeling. Nah, yang terakhir itu cukup riskan, bukankah feeling tidak selamanya benar? DisneyToon Studios tidak mengecewakan penonton yang tidak menggunakan hal kedua tadi, memberikan sebuah peningkatan yang cukup signifikan dari karya pertama yang mengecewakan itu. Planes: Fire & Rescue, a simply good treat for kids.

Movie Review: The Babadook (2014)


“Let me in! Let me in!”

Mana diantara dua opsi berikut yang menurut anda akan memberikan sensasi menonton yang lebih mengasyikkan: secara konsisten terus disajikan berbagai materi horor dari gimmick klasik hingga jump scare, atau justru masuk kedalam petualangan dimana anda hanya di beri tahu bahwa ada sesuatu yang menyeramkan disana namun kemudian dilepas untuk bermain-main secara liar bersama imajinasi yang perlahan membentuk sendiri rasa takut anda? For me opsi kedua lebih mengasyikkan, dan film ini punya hal tersebut, The Babadook, a very good classic haunted house & psychological horror. Gripping. Riveting!

Movie Review: Into the Storm (2014)


"There is no calm before the storm"

Film seperti ini merupakan sebuah hiburan yang punya potensi besar untuk meninggalkan dilema pada penontonnya, kita tahu ia punya materi yang miskin, usang, bahkan beberapa ada yang terasa bodoh, tapi disisi lain kita juga akan merasa sulit untuk  memungkiri bahwa apa yang ia berikan mampu memberikan rasa senang, sekecil apapun kualitas dan kuantitas yang ia miliki. Yap, guilty pleasure. Into The Storm, when disaster and drama destroying each other.