Review: Guardians of the Galaxy (2014)


"They call themselves the Guardians of the Galaxy. | What a bunch of a-holes."

Saat pertama kali Marvel mengumumkan akan hadirnya Guardians of the Galaxy yang terlintas di pikiran saya waktu itu adalah pertanyaan “untuk apa?” Mereka sudah punya The Avengers, empat diantara anggota tim itu bahkan sudah punya film mandiri masing-masing. Sempat pesimis pada film ini dengan penilaian ini hanya upaya Marvel untuk meraih keuntungan semata, tapi kalau kamu punya pemikiran yang sama segera buang jauh-jauh hal itu, karena dengan konsep yang jauh lebih ringan Guardians of the Galaxy berhasil menjadi film terbaik Marvel setelah The Avengers, bahkan nearly side by side. 

Movie Review: The Grand Budapest Hotel (2014)


"The beginning of the end of the end of the beginning has begun."

Jika cara anda berekspresi masih belum memberikan rasa bosan bagi anda, maka belum ada alasan bagi anda untuk berubah demi memuaskan pendapat orang lain. Terdengar egois memang, namun yang mengerti cara agar anda dapat merasa bahagia adalah anda sendiri, itu yang masih diterapkan oleh Wes Anderson, namun uniknya ia kembali tidak hanya bergembira seorang diri bersama ide-ide miliknya, ia juga mampu mengajak penonton untuk bersenang-senang dalam fantasi penuh warna. The Grand Budapest Hotel, 2014 yummy orchestra.

Movie Review: Under the Skin (2014)


Film-film seperti Under the Skin sebenarnya masuk kedalam kategori “not to miss”, mengapa, alasannya sederhana, karena ia seperti udara di pegunungan yang akan memberikan sensasi segar dan menyejukkan bagi penonton yang selama ini hidup di gegap gempita perkotaan. Ada pengalaman berbeda yang coba ia tawarkan tapi tentu saja dengan resiko yang berasal pula dari dua opsi, hit or miss. Under the Skin, an ambiguous and calm hypnotic adventure with beautiful alien.

Review: Third Person (2014)


"Life can change at the turn of a page."

Paul Haggis adalah salah satu pria bertalenta di industri perfilman, punya lima nominasi Oscar, tiga di sektor screenplay (Letters from Iwo Jima, Million Dollar Baby, Crash), dan dua kemenangan. Ia juga menjadi tim dalam dua film terkahir James Bond sebelum Skyfall, Quantum of Solace dan Casino Royale, dan film terbarunya ini kembali menunjukkan ambisi besar yang ia miliki, Third Person, dari Paris, New York, hingga ke Roma

Review: Jersey Boys (2014)


"Everybody remembers it how they need to."

Sangat mudah untuk antusias dengan film ini, mengangkat perjalanan dari jukebox musical milik The Four Seasons, yang menurut The Vocal Group Hall of Fame merupakan the most popular rock band before The Beatles! Tidak hanya itu, karena ada Clint Eastwood pula didalamnya. Tapi jika ekspektasi anda sama dengan saya, maka tidak ada salahnya untuk mencoba menarik mundur mereka, karena Jersey Boys tidak mampu tampil sama besar seperti sejarah yang coba mereka gambarkan. 

Review: Ju-on 3: The Beginning of the End (2014)


Horror yang “baik” adalah horror yang bukan hanya berhasil menakut-nakuti penonton ketika ia tampil dihadapan mereka, tapi juga mampu untuk tetap melekat di ingatan para penonton saat kembali ke aktifitas mereka lainnya, menjadi bagian dari rasa takut atau creepy para penonton ketika mereka berhadapan dengan hal, benda, atau situasi yang tadi telah mereka saksikan. Ju-on 3: The Beginning of the End punya itu, sebuah reboot dari franchise yang terus menunjukkan grafik menurun, horor psikologi kontemporer yang creepy.  

Review: Hateship Loveship (2014)


"Dare to care."

Selain penampilan memikatnya di Bridesmaids, saya lebih mengenal sosok Kristen Wiig sebagai aktor Saturday Night Live dimana ia selalu konsisten menarik dan memberikan ia enam nominasi Emmy secara berturut-turut. Selain itu? Tidak ada yang besar, lebih kepada film-film dengan kategori cukup seperti Paul dan Friends with Kids, serta jagoan pengisi suara dari Despicable Me, How to Train Your Dragon, hingga Her. Hateship Loveship menambah daftar cukup tadi, drama yang gagal dalam upaya menjadi besar dari materi sederhana. 

Movie Review: Calvary (2014)


"Not everyone can carry the weight of the world!"

Selalu ada keunikan dari sebuah film yang di awal melemparkan sebuah konflik utama dan kemudian memberikan penontonnya banyak masalah-masalah skala kecil baru untuk datang menyokong atau menemani main issue tadi. Menjadi variatif dan berwarna, film ini mampu menghadirkan hal tersebut dalam sebuah petualangan sederhana yang sayangnya terasa sedikit “gemuk”. Calvary, haunting soul and faith destruction in a good & weird way.

Movie Review: Earth to Echo (2014)


"Did your phone barf?"

Sulit memang untuk mengatakan bahwa sebuah film menawarkan sesuatu yang benar-benar secara total terasa segar kepada penontonnya, bukan sesuatu yang mustahil tentu saja tapi jika anda mundur ke tahun-tahun sebelumnya pasti ada saja sebuah film yang telah menggunakan dan menerapkan kisah, cara, hingga tema yang sama. Tricky and risky, hit or miss, this movie pay that price, Earth to Echo, ET (nearly) grade E.

Movie Review: Muppets Most Wanted (2014)


“We're doing a sequel!”

Dua tahun lalu The Muppets tidak mampu masuk kedalam list the best di kategori genre yang saya punya, bukan berarti mereka buruk namun karena unsur komedi, family, dan musical yang Kermit dan rekan-rekannya miliki kala itu punya keseimbangan yang baik sehingga menjadikan tidak ada satupun dari tiga bagian tadi yang terasa outstanding. Penerusnya ini kembali hadir dengan rasa yang sama, Muppets Most Wanted, the studio wants more, while they wait for Tom Hanks to make Toy Story 4!

Movie Review: No Tears for the Dead (2014)


"How do you say don't kill me in English?"

Tidak peduli ia tampil kompleks dengan jajaran masalah dari A hingga Z, atau justru hanya sebatas sebuah film yang membahas dampak dari rusaknya rautan pensil ketika ujian pada masa depan seorang pelajar, yang penonton cari sederhana, hiburan yang menyenangkan. Film ini mencoba menghadirkan hal yang pertama tadi, tapi sayangnya justru hal sederhana yang berhasil menyelamatkan muka mereka sebagai sebuah kesatuan. No Tears for the Dead (Wooneun Namja), make sure you can control the story before you make a complex movie.

Movie Review: Dawn of the Planet of the Apes (2014)


"Apes do not want war!"

Dawn of the Planet of the Apes menjadi bukti terbaru bagaimana sebuah film dengan status blockbuster yang hadir di periode summertime tetap mampu atau dapat memberikan hiburan yang menyenangkan tanpa harus secara total mengesampingkan substance demi style, tanpa perlu mengorbankan dirinya untuk tampil kelewat “bodoh” agar dapat menyenangkan penontonnya.  Tidak perlu penjelasan panjang lebar di paragraf pembuka ini, it’s surely this year one of the best so far. Welcome to “modern” blockbuster era btw. Dawn of the Planet of the Apes, a very good humanity message from simple friction between humans and speaking monkeys. Engaging.

Review: Begin Again (2014)


"You're only as strong as your next move."

Adalah sesuatu yang aneh jika anda tidak memasukkan Once kedalam daftar film romance paling memorable, film tentang musik dan cinta yang disatukan dengan lembut dan sangat charming bersama iringan lagu dengan lirik “I don't know you but I want you”. Sang sutradara, John Carney, kembali berhasil melakukan hal yang sama dalam kemasan yang sedikit lebih mengkilap di Begin Again, musik dan gejolak cinta. Manis. 

Review: Earth to Echo (2014)

 

"Having a friend light years away taught us that distance is just a state of mind."

Film seperti Earth to Echo ini sebenarnya menjadi salah satu bagian wajib dari pengisi liburan musim panas layar-layar bioskop, bukan hanya film superhero, komedi, action, dan film animasi. Penting, karena dengan luas cakupan yang sempit film seperti ini jelas menyasar para remaja dengan berbagai pesan yang sederhana tapi tetap menarik. Tapi sayangnya Earth to Echo punya itu dalam kualitas yang kurang besar, terasa seperti ET grade E.

Review: Tammy (2014)


"She hit the road. The road hit back."

Melissa McCarthy ternyata masih belum bosan berperan sebagai wanita menjengkelkan, setelah mencuri identitas Jason Bateman di Identity Thief, kemudian menjadi rekan yang menyusahkan Sandra Bullock di The Heat, kali kini Melissa kembali membuat kekacauan yang sayangnya justru menciptakan jalur rollercoaster baru pada filmography wanita yang pernah bertarung di ajang Oscar ini. 

Review: Walking on Sunshine (2014)


Tidak seperti drama, romance, horror, hingga action yang cukup mudah untuk dinikmati, genre musical termasuk kelas yang lebih khusus dengan tuntutan yang sedikit lebih besar bagi penonton untuk bisa menikmati mereka. Feel yang terpenting, gimana ketika masalah pada cerita dapat disampaikan bukan cuma dengan dialog tapi juga kombinasi lirik dan irama. Masalahnya disini adalah Walking on Sunshine tidak punya hal penting tersebut. 

PnM Music Chart - 071214


Movie Review: Deliver Us from Evil (2014)


Mungkin manusia akan lebih mudah untuk berteman dengan kebahagiaan dalam hidupnya andai saja ada pilihan delete dimana kita dapat menghapus berbagai kenangan kelam yang tidak kita inginkan secara permanen, karena terkadang peristiwa hitam itu yang kerap menjadi momok “menjengkelkan”. Film ini berupaya membawa hal tadi dengan menciptakan kombinasi antara horror, thriller, dan juga crime, Deliver Us from Evil, a flat mash-up between crime and exorcism.

PnM Music Library - 071214

Vance Joy kembali dengan ketukan indie folk andalannya, Angus & Julia Stone juga mencuri atensi lewat perpaduan blues dan folk yang masih kuat. David Guetta punya lagu terbaru yang ringan dan catchy, Sheppard melemparkan single kedua mereka tahun ini masih dengan ketukan drum yang kuat, sedangkan Adam Levine memberikan sebuah gejolak cinta dalam lirik dan nada yang tenang serta charming. 

Review: Oculus (2013)


"You see what it wants you to see."

Hal sederhana yang terkesan rumit ini tentu saja tidak dilakukan oleh semua orang, tapi pasti ada penikmat film yang memiliki standard pribadi pada tiap genre film yang ditontonnya, sebuah standard yang ikut mempengaruhi hasil yang ditelurkan oleh rekan-rekan satu alirannya yang terbaru. Film ini menjadi salah satu korban dari aturan main tadi, Oculus, just a decent horror.

PnM Music Chart - 070514


PnM Music Library - 070514


Setelah berjalan selama lebih dari dua tahun serta respon yang terus stabil dan positif setahun kebelakang, it’s time for PnM Music Chart to got a new company. Ya, misi utamanya tentu saja klise, untuk berbagi informasi terkait lagu-lagu baru yang terkadang kesempatannya terhalang keterbatasan slot pada PnM Music Chart, tapi disisi lain fitur ini juga sebagai upaya untuk menjadikan sektor musik lebih berwarna dan tidak begitu monoton. Right, waktunya untuk membuang rasa berat sebelah itu, karena PnM pada dasarnya adalah Pictures and Music. So, this is it, PnM Music Library, list yang punya cakupan lebih khusus dengan fokus murni pada lagu-lagu baru yang masuk kedalam perpustakaan musik milik saya dalam seminggu. Still a trial.