24 October 2012

Movie Review: Frankenweenie (2012)


Selalu akan ada keajaiban yang tercipta untuk anda, jika anda tetap percaya itu akan terjadi. Victor Frankenstien (Charlie Tahan) membuktikannya. Victor kehilangan anjing kesayangannya yang bernama Sparky, karena ditabrak mobil. Anak kecil yang sangat tergila-gila dengan sains ini mendapatkan sebuah ide setelah melihat praktik sains yang dilakukan oleh gurunya disekolah. Mereka mendapatkan tugas  rumah bertemakan sains, dan Victor memilih melaksanakan idenya, menghidupkan kembali Sparky.

Tentu sangat mudah untuk menebak apa yang akan terjadi selanjutnya pada cerita yang merupakan pengembangan dari film pendek dengan judul yang sama di tahun 1984 ini. Sparky hidup kembali karena sengatan petir yang diberikan kepadanya. Celakanya ada seorang teman Victor yang mendapati Sparky hidup kembali. Dari situ berita menyebar dengan cepat, dan menjadi awal dari kemunculan berbagai monster yang menyerang kota New Holland.

Tim Burton kembali dengan film animasi yang tetap menjadi ciri khasnya, stop-motion. Sebuah parody dari Frankenstein ini benar-benar menggambarkan bagaimana kisah horror di masa lampau. Karakter dengan bentuk tubuh yang kurus, dibarengi mata yang besar tentu akan mengingatkan anda pada Corps Bride. Ya, Frankenweenie terasa seperti Corps Bride versi hitam-putih, dengan cerita yang lebih sederhana.


Tidak semua film animasi dengan banyak perpaduan warna dapat membuat mata saya terasa nyaman dan tenang ketika menyaksikan karakter-karakter fiktif dalam cerita beraksi. Dengan hanya dua tone warna, apakah film ini akan senikmat film-film animasi “normal” lainnya? Hey, dia Tim Burton!! Dengan banyak kombinasi warna saja ia selalu dapat menciptakan sebuah film yang sangat nyaman dimata (meskipun tidak semuanya bagus dari segi cerita). Dan apa yang dihadirkan film ini kembali membuktikan kehebatan dari kakek trendi ini. Kombinasi hitam dan putih akan membuat mata anda terasa tenang selama 87 menit. Meskipun dikemas dalam bentuk 3D, mata anda tidak akan terlalu dipaksa untuk mendapatkan fokus yang tepat (meskipun bagi saya 3D yang dihadirkan film ini sedikit useless).

Jika menilik dari segi komponen cerita yang ditawarkan, saya tidak merasakan sesuatu yang sangat istimewa dari film ini. Seorang anak kehilangan binatang peliharaannya, binatang tersebut mati, hidup kembali, dan timbul bencana. Ya, tidak istimewa. Namun, film ini menyenangkan. Saya sudah jera untuk mengharapkan sebuah film dengan cerita yang istimewa dari seorang Tim Burton. Yang saya lakukan hanyalah datang, dan saksikan tampilan visual yang diberikannya (ya, cerita tetap komponen terpenting). Itu saya lakukan di film ini, dan saya puas. Ceritanya cukup baik, dan semakin baik ketika berpadu dengan tampilan visual yang sangat apik.

Ya, ini bukan film animasi untuk semua tipe anak kecil. Untuk para orang tua, sebaiknya lebih dahulu teliti sebelum memutuskan untuk membawa serta buah hati anda ikut menyaksikan film ini. Anda tentu tidak mau menjadi tontonan utama didalam bioskop karena anak anda tidak henti-hentinya menjerit serta menangis ketakutan seperti yang saya lihat hari ini. Dengan poster berwarna hitam-putih, seekor anjing yang memiliki jahitan ditubuhnya, tentu saja film ini akan diisi dengan nuansa horror dan gelap berbau kematian yang dominan, ditemani musik yang mencekam.


Overall, Frankenweenie adalah film animasi yang memuaskan. Apa yang saya antisipasi sejak awal dari segi cerita ternyata tidak terjadi. Kisah yang ditawarkan Tim Burton kali ini sangatlah sederhana, dengan tema persahabatan dan kasih sayang sebagai senjata utama, namun dibungkus dengan nuansa horror yang dominan lewat pemakaian tone hitam-putih sepanjang film. Semua perpaduan itu berhasil menghibur saya, dan menjadikan saya tidak begitu memusingkan sebagus apa cerita yang ditawarkan ketika monster-monster hasil fantasi Tim Burton mulai “bermain-main” dikota.

Score: 8/10

0 komentar :

Post a Comment